Friday, October 10, 2008

Tarikan KeperibadiaN RAsuLuLLah s.a.w


Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan beliau. Beliau menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran yang jitu, pandangan yang lurus, mendapat sanjungan karena kecerdikan, kelurusan pemikiran, pencarian sarana dan tujuan. Beliau lebih suka diam berlama-lama untuk mengamati, memusatkan pikiran dan menggali kebenaran. Dengan akalnya beliau mengamati keadaan negerinya. Dengan fitrahnya yang suci beliau mengamati lembaran-lembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan.

Beliau merasa risih terhadap khurafat dan menghindarinya. Beliau berhubungan dengan manusia, dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan keadaan mereka. Selagi mendapatkan yang baik, maka beliau mau bersekutu di dalamnya. Jika tidak, maka beliau lebih suka dengan kesendiriannya. Beliau tidak mau meminum khamar, tidak mau makan daging hewan yang disembelih untuk dipersembahkan kepada berhala, tidak mau menghadiri upacara atau pertemuan untuk menyembah patung-patung. Bahkan semenjak kecil beliau senantiasa menghindari jenis penyembahan yang batil ini, sehingga tidak ada sesuatu yang lebih beliau benci selain dari penyembahan patung-patung ini, dan hampir-hampir beliau tidak sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang disampaikan kepada Lata dan Uzza. (1)

Tidak diragukan lagi bahwa takdir telah mengelilingi agar beliau senantiasa terpelihara. Jika ada kecenderungan jiwa yang tiba-tiba menggelitik untuk mencicipi sebagian kesenangan dunia atau ingin mengikuti sebagian tradisi yang tidak terpuji, maka pertolongan Allah masuk sebagai pembatas antara diri beliau dan kesenangan atau kecenderungan itu.

Ibnul-Atsir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, Tidak pernah terlintas dalam benakku suatu keinginan untuk mengikuti kebiasaan yang dilakukan orang-orang jahiliyah kecuali hanya dua kali. Namun kemudian Allah menjadi penghalang antara diriku dan keinginan itu. Setelah itu aku tidak lagi berkeinginan sedikit pun hingga Allah memuliakan aku dengan risalah-Nya. Suatu malam aku pernah berkata kepada seorang pemuda yang sedang menggembala kambing bersamaku di suatu bukit di Makkah, Tolong awasilah kambing-kambing gembalaanku, karena aku hendak masuk Makkah dan hendak mengobrol di sana seperti yang dilakukan para pemuda yang lain. Aku akan melaksanakannya,kata pemuda rekanku.
Maka aku beranjak pergi. Di samping rumah pertama yang kulewati di makkah, aku mendengar suara tabuhan rebana. Ada apa ini? Aku bertanya.
Orang-orang menjawab, Perhelatan pernikahan Fulan dan Fulanah.
Aku ikut duduk-duduk dan mendengarkan. Namun Allah menutup telingaku dan aku langsung tertidur, hingga aku terbangun karena sengatan matahari esok harinya. Aku kembali menemui rekanku dan dia langsung menanyakan keadaanku. Maka aku mengabarkan apa yang terjadi. Pada malam lainnya aku berkata seperti itu pula dan berbuat hal yang sama. Namun lagi-lagi aku mengalami kejadian yang sama seperti malam sebelunya. Maka setelah itu aku tidak lagi ingin berbuat hal yang buruk. (2)

Al-Bukhary meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, Tatkala Ka'bah sedang direnovasi, Nabi SAW ikut bergabung bersama Abbas, mengambili batu. Abbas berkata kepada beliau, Angkatlah jubahmu hingga di atas lutut, agar engkau tidak terluka oleh batu. Namun karena itu beliau justru jatuh terjerembab ke tanah. Maka beliau menghunjamkan pandangan ke langit, kemudian bersabda, Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku. Lalu beliau mengikatkan jubahnya. Dalam riwayat lain disebutkan, setelah itu tidak pernah terlihat beliau menampakkan auratnya. (3)

Nabi SAW menonjol di tengah kaumnya karena perkataannya yang lemah lembut, akhlaknya yang utama, sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang paling utama kepribadiannya di tengah kaumnya, paling bagus akhlaknya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya, hingga mereka menjulukinya Al-Amin, karena beliau menghimpun semua keadaan yang baik dan sifat-sifat yang diridhai orang lain. Keadaan beliau juga digambarkan Ummul-Mukminin Khadijah Radhiyallahu Anha, Beliau membawa bebannya sendiri, memberi orang miskin, menjamu tamu dan menolong siapa pun yang hendak menegakkan kebenaran. (4)

Keterangan:
1. Sikap beliau ini bisa dibuktikan dengan perkataan Bahira. Lihat Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/128.
2. Keshahihan hadits ini diperselisihkan. Al-Hakim menshahihkannya dan Ibnu Katsir mendhaifkannya di dalam Al-Bidayah wan-Nihayah, 2/287.
3. Karena paha laki-laki dianggap sebagai aurat yang tidak layak diperlihatkan. Shahihul-Bukhary, bab Bunyanil-Ka'bah, 1/540/
4. Shahihul-Bukhary, 1/3.

Sumber: Sirah Nabawiyah oleh Syaik Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

0 Komentar:

.:: KEMBARA INSAN MENCARI TUHAN YANG MAHA ESA ::.