Sunday, September 28, 2008

RamadHan Syakhsiyah Da'iyah


1. Pendahuluan
Kerja dakwah yang kita lakukan selama ini telah memiliki ahdaf (sasaran) yang jelas. Bahwa kita menginginkan terbentuknya kader dakwah yang memiliki syakhsiyah islamiyah dan syakhsiyah daiyah. Kepribadian muslim dan kepribadian seorang da'i. Kita tidak sebatas ingin menghasilkan kader yang hanya menikmati dakwah, tetapi yang kita inginkan adalah kader yang mau bergerak untuk dakwah. Sehingga semuanya harus diarahkan untuk tercapainya sasaran ini. Sebagaimana Allah swt berfirman, "Dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam." (QS. Al-Anbiya: 107)

2. Syakhsiyah Da'iyah
Sejak awal dakwahnya, Rasulullah saw. selalu berpesan kepada orang-orang yang baru masuk Islam dan menerima berbagai ilmu dari beliau untuk mengajarkan dan menyampaikan ilmu itu kepada orang lain, terutama keluarga. "Sekarang pulanglah kamu ke kampungmu, dan ajarkanlah kepada mereka apa yang telah kamu peroleh dariku," begitulah antara lain pesan yang disampaikan Rasulullah saw. kepada seseorang yang datang dari kampung yang jauh.

Dengan kata lain, tarbiyah mempunyai peranan untuk membentuk pribadi-pribadi yang siap dan mampu untuk mengemban risalah Nabi Muhammad saw. Pribadi-pribadi penyambung lidah dan langkah Rasulullah saw, yang disebut sebagai orang yang memiliki syakhsiyyah da'iyah (kepribadian da'i).

Secara garis besar, syakhsiyah da'iyah digambarkan di dalam Al-Quran dengan firman-Nya: "Katakanlah: 'Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (argumentasi) yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. 12: 108)


Dari ayat di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa di antara sifat orang yang memiliki syakhsiyah da'iyah adalah:

Pertama, memiliki ruhul-'izzah (semangat kewibawaan) untuk mengatakan 'hadzihi sabili' (inilah jalanku: Islam). Ia memiliki keyakinan dan kebanggaan akan Islam. Adalah mustahil bisa menjadi da'i Islam, orang-orang yang beranggapan bahwa semua agama sama saja atau orang yang ragu akan kebenaran Islam. Apalagi bila ia lebih membela kepentingan orang-orang kafir ketimbang kepentingan umat Islam, sebab dalam jiwa dan dalam pemikiran seorang da'i selalu terpampang firman-firman Allah seperti berikut:
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orangorang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka, Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. 3: 19)
"Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi"(QS. 3:85)

Kebanggaan akan Islam dalam berdakwah telah ditampilkan oleh salah seorang sahabat produktarbiyah Rasulullah saw yang namanya Rib'i bin 'Amir. Beliau diutus untuk memenuhi undangan Rustum, panglima perang Persia. Dengan pakaian amat bersahaja dia datang menghadapi panglima perang yang penuh kemewahan dan dikelilingi oleh para pengawal yang penuh kecurigaan. Saat ditanya oleh Rustum tentang tujuan kedatangan kaum Muslirnin, dengan penuh percaya diri, kebanggaan, dan keyakinan, sang prajurit dan da'i Islam itu menjawab, "Kami diutus oleh Allah untuk mengeluarkan siapa saja yang mau dari penghambaan terhadap sesama makhluk menuju pengabdian kepada Allah semata; dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat; dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam. Jadi Allah mengutus kami dengan membawa agama-Nya dan menyeru seluruh manusia untuk mengikutinya."

Seorang da'i haruslah berangkat dari kebanggaan dan kecintaan akan Islam serta keberanian tampil untuk membawa segala identitas Islam. Apa pun yang terjadi, gelombang ujian dan fitnah apa pun yang menerpa diri sang da'i, dan betapapun julukan fundamentalis dilekatkan oleh Zionis dan antek-antekanya kepada Islam, sang da'i akan selalu memproklamirkan hadzihi sabili inilah jalanku: Islam.

Kedua, aktifitas dakwah yang dilakukan oleh seorang da'i harus berkesinambungan (istimrariyah), tidak boleh terhenti dan terjegal oleh apa pun. Inilah yang dipesankan oleh kata "ad'u" dalam ayat di atas. Kata itu bentukan fiil mudhari yakni kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang sedang dan akan berjalan terus.

Dakwah tidak boleh berhenti melaju di jalan kehidupan walaupun dengan cara merangkak atau bahkan tiarap sekalipun. Dalam keadaan apa pun dakwah tidak boleh istirahat. Sebab istirahatnya dakwah sama dengan memberi peluang leluasa untuk penghancuran sendi-sendi kehidupan umat manusia.

Dalam keadaan dakwah terus bergerak melancarkan berbagai program dan agendanya saja, berbagai penyimpangan, kebusukan, dan tipu muslihat terus meningkat kuantitas dan kualitasnya. Karena memang kekuatan kafir, munafik, atau orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu tidak pernah berhenti bekerja.

3. Ramadhan sebagai Bulan Pembentukan Syakhsiyah Da'iyah
Bulan Ramadhan dengan segala aktivitas amal ibadah di dalamnya dapat memberikan spirit baru berupa kekuatan iman dan buah ketaqwaan. Keimanan dan ketawaan inilah yang menjadi prinsip utama di dalam pembentukan syakhsiyah da'iyah.

Allah swt berfirman dalam surat Al-hadid ayat 28:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Serta surat At Thalaq ayat 2 dan 3:
"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (bagi segala persoalannya). Dan memberikannya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."

Bila kita renungkan ayat di atas maka kita dapati bahwa taqwa merupakan bekal utama bagi seorang mukmin terlebih sebagai seorang da'i ilallah. Ketaqwaan adalah kebajikan dan cahaya, yang dengannya ia dapat memberikan sinar cahaya untuk membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Bila demikian halnya maka ia dapat mengikuti jalan petunjuk dengan mudah tanpa hambatan dan tersesat sedikit pun.

Sayyid Quthb menjelaskan makna surat Al-anfal ayat 29 dengan menyatakan: "Inilah bekal tersebut. Inilah bekal dalam mengarungi perjalanan yang panjang. Yaitu bekal taqwa yang menghidupkan hati dan membangunkannya. Bekal cahaya yang memberi petunjuk bagi hati untuk membelah sudut-sudut jalan sepanjang penglihatan manusia. Cahaya ini tidak bisa ditipu oleh syubhat-syubhat yang mata biasa tidak bisa menembusnya. Itulah bekal ampunan bagi segala dosa. Bekal yang memberikan ketenteraman, kesejukan dan kemantapan. Bekal merenungi nikmat-nikmat Allah Yang Maha Agung di hari bekal-bekal tersebut dibutuhkan dan di hari amal perbuatan manusia berkurang. Itulah hakikat sebenarnya. Bahwa taqwa kepada Allah itu menjadikan nilai furqan dalam hati. Ia bisa membuka jalan-jalan yang bengkok.

Ramadhan mubarak, memiliki amal-amal ibadah utama di dalamnya, antara lain: shiyam (berpuasa), qiyam (shalat malam), shadaqah (sedekah), tilawah wa tadabbur Al-qur'an, tetap duduk di masjid (setelah shalat shubuh) hingga matahari terbit, i'tikaf, umrah di bulan Ramadhan, berusaha sungguh-sungguh untuk menghidupkan lailatul qadar dengan beribadah, memperbanyak dzikir, do'a dan istighfar, silatur-rahim (menyambung tali persaudaraan).

Melalui amal-amal ibadah utama di bulan penuh berkah ini dan dilakukan sepanjang kurang lebih 30 hari, maka Ramadhan menjadi sarana yang sangat efektif dalam pemantapan dan pembentukan syakhsiyah da'iyah. Efek ibadah ramadhan yang akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, akan menyiapkan kader menjadi penyambung estafeta perjuangan Rasulullah saw.
Maka, marilah kita siapkan diri kita di sepanjang waktu di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini agar jangan sampai ada waktu yang tak memiliki nilai ibadah. Pantau selalu perkembangan kuantiti dan kualiti ibadah kita. Dengannya kita tingkatkan dan siapkan karakter pribadi da'i yang memiliki keyakinan terhadap mulianya jalan dakwah ini dan konsisten berjuang bersama armada para da'i (usthuulud da'iyah) yang dinakodai oleh Rasulullah saw.
Wallahu a'lam bis shawab.

0 Komentar:

.:: KEMBARA INSAN MENCARI TUHAN YANG MAHA ESA ::.